Kamis, 12 Juli 2018

Dunia Sambut Hangat Ekapol, si Asisten Pelatih 12 Anak Thailand






Anggota keluarga melihat foto anak-anak yang selamat di Gua Tham Luang, Thailand.Anggota keluarga melihat foto anak-anak yang selamat di Gua Tham Luang, Thailand. (Foto: AFP/LILLIAN SUWANRUMPHA)

Ke-12 anak beserta seorang pelatihnya, Ekapol Chanthawong, sudah keluar dari Gua Tham Luang, Chiang Rai, Thailand, dengan selamat. Namun, tak ada yang menyambut kepulangan Ekapol lantaran ia adalah seorang yatim piatu.
Sejak usia 10 tahun, Ekapol telah ditinggal oleh orang tuanya. Ia kemudian dibesarkan oleh saudaranya hingga usia 12 tahun sebelum dikirim ke biara.
Hidup Ekapol sebagai sebatang kara membuatnya dekat dengan ke-12 anak yang ia latih di tim sepak bola 'Babi Liar'. Akan tetapi anak-anak itu akan kembali ke orang tuanya, sedangkan Ekapol hanya hidup sendiri.
Meski begitu, kisah heroik Ekapol menginspirasi banyak orang di penjuru dunia. Mereka dengan lantang menyuarakan dukungan kepada pria berusia 25 tahun itu.
Tak terkecuali di media sosial Twitter. Sejumlah warganet mengungkapkan kekagumannya terhadap Ekapol. "Aku harap pelatih dapat melihat rasa cinta dari penjuru dunia untuknya. Dia tidak seharusnya menyalah diri sendiri. Dia harus tahu bahwa dialah pahlawannya," cuit @afuabdulla yang telah di-retweet lebih dari 490 kali.
Ada pula @itswazzz yang menyebut Ekapol berhasil menguatkan mental anak-anak selama bertahan di dalam gua.
"Dalam keadaan panik dan stres, ia bantu anak-anak bermeditasi. Selamanya dia akan menjadi pahlawan," kicaunya.

 Ekapol Asisten Pelatih 12 Anak Thailand yang Terjebak di Gua (Foto: Twitter/@yvvonelim9)

Sebelumnya Ekapol dikabarkan dalam kondisi paling lemah karena memberikan semua bekal makanan dan minumannya untuk anak-anak itu. Selama mereka bertahan dalam gua, ia mengajari anak-anak asuhnya bermeditasi untuk menyimpan energi.
"Ia sangat mencintai anak-anak itu lebih dari dirinya sendiri. Ekapol sangat mencintai mereka karena ia tak punya ayah," kata Sriwichai, dilansir NZ Herald.
"Ekapol tidak alkohol, tidak merokok. Dia tipe orang yang menjaga dirinya dan mengajarkan anak-anak itu untuk melakukan hal yang sama," ungkap Joy Khampai, sahabat lama Ekapol yang bekerja di kedai kopi dekat Biara Mae Sai.
Dari surat yang beredar, Ekapol diduga merasa bersalah karena telah membawa anak-anak ke Gua Tham Luang. Dalam surat yang ditulis di gua, Ekapol menyampaikan permintaan maafnya.
"Saya janji akan menjaga anak-anak. Saya ingin berterima kasih atas dukungannya, dan saya minta maaf," tulis Ekapol.
Kendati demikian, tak sedikit yang menganggap Ekapol berperan penting dalam menjaga kesehatan ke-12 anak tersebut.

"Bila dia tidak pergi dengan mereka (anak-anak -red) apa yang akan terjadi kepada anak saya? Bila dia keluar, kami harus mengobatinya. Sayangku Ek, saya tidak menyalahkanmu," ujar ibu Pornchai Khamluang, salah satu anak yang terjebak, kepada saluran televisi Thailand.


Selengkapnya baca berita ini di kumparan

Senin, 02 Juli 2018

NAN TINJO DAN LEGENDA TERJADINYA PULAU MALAU


Pulau Malau atau Pulau Tao
Nantinjo adalah putri bungsu dari Guru Tatea Bulan/Sibaso Bolon dari sepuluh bersaudara, anak yang pertama adalah Raja Uti, ke dua Saribu Raja, ke tiga Limbong Mulana, ke empat Sagala Raja, ke lima Lau Raja sedangkan perempuan yang pertama adalah Biding Laut, ke dua Boru Pareme, ke tiga Anting Haumasan, ke empat Sinta Haumasan dan ke lima Nantinjo.
Semasa hidupnya, Nantinjo mengalami penderitaan yang cukup berat. Pada saat umurnya sepuluh tahun kedua orang tua Nantinjo telah di panggil Yang Kuasa. Semenjak ditinggal kedua orang tuanya Nantinjo tinggal bersama abangnya Limbong Mulana.
Walaupun Nantinjo tinggal dirumah abangnya sendiri, penderitaan yang dialaminya sangat berat karena begitu besar tanggungjawab yang dibebankan abangnya terhadap dirinya mulai dari mengurus rumah, mengasuh anak-anak, serta mencari bahan makanan ke hutan.
Nantinjo mempunyai keahlian bertenun, maklumlah pada saat itu dia harus bertenun jika ingin mempunyai pakaian. Setiap bertenun, Nantinjo selalu melantunkan syair lagu penderitaannya dengan berlinang air mata sambil memohon kepada yang Kuasa agar ditunjukkan jalan padanya untuk dapat keluar dari deritanya. Pada suatu saat datanglah abangnya Lau Raja bertamu kerumah Limbong Mulana, melihat adiknya sedang menangis hatinya sedih Lau Raja pun mendekati adiknya, lalu bertanya ada apa gerangan yang membuat hati adiknya begitu pilu dan sedih. Nantinjo akhirnya menceritakan segala penderitaannya dan menunjukkan luka dipunggungnya akibat siksaan yang kerap dilakukan abangnya Limbong Mulana kepadanya.
Tanpa sadar Lau Raja memanggil nama ibunya“Sibaso Bolon” sambil berujar “teganya kamu Ibu, membiarkan putri bungsumu mengalami penderitaan yang begitu berat dan tidak berkesudahan”. Sambil membelai adiknya, Lau Raja mengajak Natinjo pergi dari rumah Limbong Mulana  membawa Nantinjo ke Pulau Samosir tempatnya tinggal .Semenjak tinggal dengan Lau Raja. Nantinjo merasa senang, tenang dan bahagia. Nantinjo diberi kebebasan untuk melakukan kesenangannya bertenun walaupun abangnya miskin .
Hari lepas hari berganti, tak terasa Nantinjo sudah mulai berkembang menjadi gadis remaja yang anggun, cantik dan bersahaja. Kecantikan wajah dan sikap Nantinjo yang tidak pernah membedakan teman-temannya semakin menambah harum namanya terlebih dikalangan pemuda. Nantinjo menjadi gadis pujaan semua lelaki baik dikampungnya maupun dari kampung seberang danau toba. Seorang pemuda sangat tertarik kepada Nantinjo dan ingin menjadikannya sebagai pendampingnya seumur hidup. Tanpa mengadakan pendekatan kepada Nantinjo, pemuda tersebut langsung meminta kedua orang tuanya untuk segera meminang Nantinjo. mendengar permintaan sang anak, orang tua pemuda tersebut sangat senang dan bangga ternyata putra mereka bemiat meminang bunga desa dari Simanindo.
Tanpa membuang banyak waktu, pihak keluarga tersebut akhirnya berangkat beserta rombongan ke rumah Lau Raja. Dengan maksud untuk meminang Nantinjo yang akan dijadikan istri dari putranya. Setelah mendengar dan mendapat pinangan tersebut, Lau Raja mengundang kedua abangnya Limbong Mulana dan Sagala Raja untuk mengadakan rapat keluarga, untuk menentukan apakah pinangan tersebut diterima atau tidak.
Ternyata, kedua abangnya mempunyai pendapat yang sama yaitu menerima pinangan tersebut. Namun Lau Raja berpendapat bahwa Nantinjo yang harus menentukan keputusan itu, diterima atau tidaknya lamaran tersebut. Kemudian mereka memanggil Nantinjo untuk hadir dalam rapat keluarga tersebut, dan mempertanyakan kepada Natinjo apakah ia bersedia menerima pinangan pihak laki-Iaki dari seberang danau toba itu? Sadar akan keberadaan dirinya yang tidak sempurna sebagai perempuan dengan spontan Nantinjo menjawab bahwa dirinya belum siap untuk berumah tangga. Dengan alasan Natinjo ingin menyelesaikan tenunannya terlebih dahulu agar dia bisa memakainya suatu saat nanti jika ia telah siap untuk berumah tangga.
Namun abangnya Limbong Mulana tidak memperdulikan jawaban Nantinjo dan tidak memberikan kesempatan kepada Nantinjo untuk menolak. Katanya “kamu harus menerima pinangan tersebut”. Mendengar paksaan dari abangnya itu tanpa sadar air mata Nantinjo menetes dipipi, dia berpikir tidak akan bisa melawan keinginan abangnya Limbong Mulana. Nantinjo melayangkan pandangan kepada abangnya Lau Raja dengan harapan dapat membela dirinya, namun Lau Raja pun tidak dapat membela adik yang sangat disayanginya itu karena dia sendiripun takut akan amarah abangnya Limbong Mulana. Melihat situasi seperti itu Nantinjo hanya dapat menangis dan menjerit meratapi nasibnya dalam hati.
Hanya Nantinjo sendiri yang tahu siapa dirinya yang sebenarnya. Ketiga abangnya tidak mengetahui bahwa Nantinjo tidak sempurna dilahirkan kedunia ini sebagai seorang wanita. Nantinjo menolak karena dia menyadari bahwa dia tidak akan dapat membahagiakan calon suaminya dikemudian hari. Nantinjo berusaha berpikir keras, alasan apalagikah yang tepat untuk dapat menolak lamaran tersebut.
Nantinjo terus berfikir, berusaha mencari alasan untuk menolak lamaran tersebut. Akhirnya dia mendapat ide dan mengatakan kepada abangnya: “Saya bersedia menerima pinangan dengan syarat pihak laki-laki itu harus dapat menyediakan emas satu perahu penuh serta uang ringgit satu perahu penuh” Mendengar persyaratan yang diberikan Nantinjo ternyata orang tua calon suaminya siap memenuhi permintaannya itu, bahkan calon mertuanya mengatakan lebih dari permintaanmu kami dapat kami penuhi.
Setelah kedua belah pihak sepakat, pihak lelaki kembali ke kampungnya diseberang Pulau Samosir. Keesokan harinya, pihak laki-laki itupun datang kembali beserta rombongan dengan membawa persyaratan yang diminta Nantinjo, yaitu emas satu perahu dan ringgit satu perahu.
Melihat emas satu perahu dan ringgit satu perahu keserakahan Limbong Mulana timbul, sikapnya langsung berubah lembut kepada Nantinjo. Dengan lembut Limbong Mulana mengatakan kepada adiknya “sekarang kamu tidak memiliki alasan lagi untuk menolak pinangan calon suamimu itu adikku, sebab calon mertuamu sudah memenuhi permintaanmu disaksikan ketiga abang¬-abangmu serta khalayak ramai.
Dengan hati yang hancur Nantinjo menatap abangnya satu persatu sambil berkata kepada abangnya Lau Raja : “Jikalau memang saya harus berangkat untuk berumah tangga dengan calon suami saya yang bukan pilihan hati saya, tetapi dikarenakan godaan emas dan ringgit satu perahu, ternyata kalian tega memaksa saya untuk berumah tangga, bagiku tidak ada pilihan kecuali menerima namun permintaanku pada abang: ”Kumpulkanlah semua apa yang menjadi milikku termasuk alat yang selalu kupakai untuk bertenun. Bambu turak ini tempat benang tenunku tolong tanamkan di ujung desa ini, suatu saat nanti semua keturunan Bapak dan Ibuku akan melihat dan mengingat saya yang penuh dengan penderitaan.”
Lau Raja memenuhi permintaan adiknya dan berjanji akan melaksanakannya. Nantinjopun akhirnya menaiki perahu kesayangannya dan berangkat meninggalkan kampung itu mengikuti rombongan calon suaminya. Sambil mendayung perahu hati Nantinjo terus gusar. Dia tidak dapat membayangkan apa yang bakal terjadi setelah sampai dikampung calon suaminya nanti. Kegundahan dan kekalutan pikiran Nantinjo tidak menemukan jawaban, kemudian Nantinjo memohon dan berseru kepada ibunya Sibaso Bolon, “Bu, mengapa ini harus terjadi, seandainya dahulu ibu cerita kepada semua abangnya tentang keadaan Natinjo yang sebenarnya, mungkin ini tidak akan terjadi’’. Dengan hati yang sangat pilu Nantinjo bertanya kepada Ibunya, “masihkah lbu sayang pada putrimu ini? kalau lbubenar-benar masih sayang dengarkanlah jeritan hati putrimu ini yang paling dalam. lbu! saya tidak mau berumah tangga sebab itu hanya akan membuat aib dikeluarga, Putrimu ini rela berkorban demi nama baik keturunan Bapak dan lbu di kemudian hari. Pintalah kepada Yang Kuasa agar saya lepas dari penderitaan ini dan persatukanlah saya dengan ibu”. Mendengar jeritan sang putri yang sangat memilukan hati, ibunya pun meminta kepada Yang Kuasa. Maka seketika itu juga turunlah hujan yang sangat lebat, angin dan badaipun datang menerjang perahu Nantinjo. Gemuruh ombak disertai halilintar turut menangis melihat penderitaan Nantinjo. Akhirnya perahu Nantinjopun tenggelam ditelan ombak danau toba. Nantinjo menemui ajalnya seketika itu juga. Ketiga abangnya yang menyaksikan hal itu merasa bersalah serta takut.
Bahkan setelah Limbong Mulana memeriksa emas dan ringgit satu perahu yang diberikan calon suami adiknya ternyata hanya diatasnya saja emas dan ringgit dibawahnya hanya gundukan pasir dan tanah. Penyesalan yang timbul selalu datang terlambat, apa mau dikata Nantinjo sudah tenggelam ke dasar danau toba.
Keesokan harinya disaat orang masih tertidur pulas Lau Raja pergi kepantai tempat perahu Nantinjo diberangkatkan dengan harapan dapat menemukan adiknya hidup maupun mati. Ditelusurinya sepanjang pantai namun tidak ditemukan jasad adiknya. Sambil menangis tersedu-sedu Lau Raja meminta dalam hatinya kepada Yang Kuasa agar jasad adik yang disayanginya dapat ditemukan.
Sayup-sayup Lau Raja mendengar bisikan: “Adikmu Nantinjo sudah saya bawa ketempat yang aman, sekarang dia bersama ibumu. Anakku hapuslah air matamu, dan lihatlah ketempat dimana perahu adikmu tenggelam, disitu kau akan melihat satu keajaiban dunia, perahu adikmu akan muncul kembali berupa pulau.“ Inilah sebagai pertanda bagi keturunanku di kemudian hari betapa tulus dan mulia pengorbanan adikmu, tidak pernah mau membuat saudaranya malu dan terhina dihadapan orang“.
Tiba-tiba Lau Raja tersadar dan melihat dimana perahu adiknya tenggelam, dengan rasa kaget dia melihat apa yang dibisikkan oleh ibunya.Timbulnya pulau itu membuat Lau raja merasa adiknya Nantinjo serasa hidup kembali, dan dia berjanji pada diri sendiri bahwa ia beserta seluruh keturunannya harus menjaga dan merawat serta menyayangi pulau itu, sebagaimana dia menyayangi adiknya.Lau Raja memberi nama pulau itu PulauMalau atau Pulau Tao di Simanindo.

NANTINJO DI YAKINI SEBAGAI PENJAGA TAO TOBA
Keluarga kapal tenggerlam sinar bangun menunggu tim SAR melakukan pencarian
Legenda itu diyakini benar sehingga sampai saat ini Nantinjo disebut sebagai penjaga Tao Toba, terutama pantai Simanindo, sehingga jika melintas i tao ini pengunjung harus sopan, tidak boleh meludah ke air.
Memang  ada beberapa kejadiaan kapal  tenggelam di tempat ini, dan yang terbaru adalah tenggelamnya kapal KM Sinar Bangun 18 juni 2018 yang mengangkut 200 orang saat melintas i daerah ini. Dari kesaksian korban yang selamat dikatakan saat sebelum tenggelam ternyata ada penumpang yang minum minum dan teriak-teriak didalam kapal.
Percaya atau tidak itu terserah masing masing orang. Bisa jadi orang terfokus pada overload kapal, atau karena kapal kayu, atau karena cuaca. Dari jaman dulu orang tua selalu berpesan, mengingatkan jika melewati daerah ini harus nya berdoa terlebih dahulu, sopan dan  tidak boleh berbicara tidak sopan dan sembarangan. Entahlah itu sekarang seiring berkembang nya waktu sudah tidak lagi pernah diingatkan.